Ekosistem pesisir dan sumberdayanya

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang kaya akan sumberdaya pesisirnya, baik sumberdaya non hayati maupun non-hayati. Indonesia memiliki distribusi terumbu karang, mangrove, dan padang lamun yang tinggi. Dalam suatu wilayah pesisir terdapat satu atau lebih sistem lingkungan (ekosistem) pesisir dan sumberdaya pesisir. Ekosistem pesisir ada yang terus menerus tergenangi air dan ada pula yang hanya sesaat. Berdasarkan sifat ekosistem, ekosistem pesisir dapat bersifat alamiah maupun buatan. Contoh ekosistem alamiah (natural) adalah terumbu karang (coral reefs), hutan bakau (mangroves) , padang lamun (seagrass beds), estuaria, pantai berpasir (sandy beach), pantai berbatu (rocky beach), formasi pescaprae, formasi barringtonia, laguna, dan delta.  Sedangkan ekosistem buatan antara lain berupa : tambak, sawah pasang surut, kawasan pariwisata, kawasan industri dan kawasan pemukiman.
Ekosistem pesisir alamiah (natural) termasuk dalam sumberdaya alam hayati maupun non hayati. Sumberdaya alam hayati adalah sumberdaya alam yang berasal dari benda hidup (biotik) contohnya: bakau (mangrove), terumbu karang (coral reefs), padang lamun (seagrass beds), dll. Sumber daya alam non-hayati yang merupakan sumberdaya alam yang berasal dari benda mati juga banyak memberikan manfaat untuk kehidupan manusia. Beberapa sumberdaya alam non-hayati yang sudah banyak dimanfaatkan yaitu air laut, endapan logam, energi, serta arus dan gelombang.
Pelestarian dan penjagaan terhadap keberadaan sumberdaya tersebut harus senantiasa dilakukan, mengingat besarnya manfaat yang dapat diperoleh baik dari segi ekonomi, ekologi, maupun sosial.
v  Ekosistem alamiah
1)        Terumbu karang (coral reefs)
Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanthellae. Hewan karang ini disebut polip, merupakan hewan pembentuk utama terumbu karang yang menghasilkan zat kapur. Polip-polip ini selama ribuan tahun membentuk terumbu karang. Zooxanthellae adalah suatu jenis algae yang bersimbiosis dalam jaringan karang. Zooxanthellae ini melakukan fotosintesis menghasilkan oksigen yang berguna untuk kehidupan hewan karang
Terumbu karang merupakan ekosistem laut dangkal tropis yang paling kompleks dan produktif.  Terumbu karang juga merupakan ekosistem yang rentan terhadap perubahan lingkungan, namun tekanan yang dialaminya semakin meningkat seiring dengan penambahan jumlah penduduk dan aktivitas masyarakat di wilayah pesisir.
Secara alami, terumbu karang merupakan habitat bagi banyak spesies laut untuk melakukan pemijahan, peneluran, pembesaran anak, makan dan mencari makan (feeding & foraging), terutama bagi sejumlah spesies yang memiliki nilai ekonomis penting.  Banyaknya spesies makhluk hidup laut yang dapat ditemukan di terumbu karang menjadikan ekosistem ini sebagai gudang keanekaragaman hayati laut. Disamping itu terumbu karang dapat melindungi komponen ekosistem pesisir dan laut lainnya dari tekanan gelombang dan badai.

Karakteristik Terumbu Karang
Ada tiga karakteristik terumbu karang yaitu :
a.       Terumbu karang  tepi (fringing reefs)
b.      Terumbu karang penghalang (barrier reefs)
c.       Terumbu karang cincin (atolls)
                   Gambar 1. terumbu karang tepi (kiri), terumbu karang penghalang (tengah), dan terumbu karang cincin (kanan)


Habitat Terumbu Karang
Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut. Ekosistem terumbu karang sebagian besar terdapat di perairan tropis.

Paramater lingkungan utama
Distribusi dan stabilitas ekosistem terumbu karang bergantung pada beberapa parameterfisika, yaitu :
·         Kecerahan
Radiasi ninar matahari memegang peranan penting dalam pembentukan karang.
·         Temperatur
Terumbu karang dapat tumbuh maksimal pada kisaran suhu 25 - 29  ͦC, namun suhu diluar kisaran tersebut masih dapat ditolerir oleh spesies tertentu dari terumbu karang untuk dapat berkembang biak.
·         Salinitas
Umumnya terumbu karang tumbuh dengan baik di sekitar areal pesisir pada salinitas 30 – 35%.
·         Kecepatan arus air, Sirkulasi, dan Sedimentasi
Adanya kondisi sedimentasi yang tinggi, akan menyebabkan turunnya kualitas terumbu karang. Karena hal tersebut menimbulakn adanya suspensi dan sedimentasi yang dapat mengganggu respirasi dari terumbu karang. Serta dapat mengganggu kebiasaan makan terumbu karang.



Gambar 2. Macam-macam jenis terumbu karang


2)        Hutan Bakau (Mangroves Forest)
Ekosistem Mangrove adalah sebuah lingkungan dengan ciri khusus dimana lantai hutannya digenangi oleh air dimana salinitas juga fluktuasi permukaan air tersebut sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Ekosistem mangrove ini sebenarnya masuk ke dalam lingkup ekosistem pantai sebab ia terletak di kawasan perbatasan laut dan juga darat. Ia terletak di wilayah pantai dan juga muara sungai. Hutan mangrove, sebagai sebuah hutan yang tumbuh di wilayah pasang dan surut akan tergenang air di masa pasang dan akan bebas dari genangan air pada saat air surut. Komunitas yang ada di dalam hutan mangrove ini sangat adaptif terhadap kadar garam air laut. Sebagai sebuah ekosistem, hutan mangrove terdiri dari beragam organisme yang juga saling berinteraksi satu sama lainnya.
Ciri-Ciri Hutan Mangrove 
Ada beberapa ciri-ciri spesifik yang bisa dijumpai di hutan mangrove, antara lain: 
1.      Jenis pepohonan yang related terbatas.
2.      Akar pepohonan terbilang unik sebab berbentuk layaknya jangkar dengan melengkung juga menjulang di bakau atau Rhizphora Spp.
3.      Terdapat beberapa pohon yang akarnya mencuat secara vertical layaknya pensil di pidada atau Sonneratia dan juga api-api atau Avicennia Spp.
4.      Terdapat biji atau propagul dengan sifat vivipar atau mampu melakukan proses perkecambahan pada kulit pohon.
Sementara itu, ciri-ciri khusus dari habitat hutan mangrove antara lain:
1.      Wilayah tanah yang tergenang secara periodic atau berkala.
2.      Tempat tersebut juga mendapat aliran air tawar yang cukup dari daratan.
3.      Wilayah tersebut terlindung dari gelombang besar juga arus pasang surut laut yang kuat.
4.      Air di wilayah tersebut memiliki kadar garam payau.

Fungsi Ekosistem Mangrove
Keberadaan ekosistem mangrove ini sangat penting sebab ia memiliki beberapa fungsi yang nyata terhadap organisme lainnya. Apa sajakah itu? Berikut uraiannya. 

Fungsi Fisik Hutan Mangrove
1.      Sebagai penjaga garis pantai juga tebing sungai agar terhindar dari erosi atau abrasi.
2.      Memacu percepatan perluasan lahan.
3.      Mengendalikan intrusi dari air laut.
4.      Berperan sebagai pelindung daerah belakang hutan mangrove dari pengaruh buruk hempasan gelombang juga angin yang kencang.
5.      Sebagai kawasan penyangga dari rembesan air lautan.
6.      Sebagai pusat pengolahan limbah organik.
Fungsi Ekonomis Hutan Mangrove
1.      Sebagai sumber kayu untuk bahan bakar juga bahan bangunan bagi manusia.
2.      Sebagai penghasil beberapa unsur penting seperti obat-obatan, minuman, makanan, tannin juga madu.
3.      Sebagai lahan untuk produksi pangan.
Fungsi Biologis Hutan Mangrove
1.      Sebagai tempat untuk mencari makanan, tempat memijah, tempat untuk berkembang-biak berbagai organisme seperti ikan, udang dan lain-lain.
2.      Sebagai salah satu sumber plasma nutfah.

Daftar pustaka:
Dahuri, R., dkk, 2001, Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, Cetakan Kedua Edisi Revisi, Jakarta: PT Pradnya Paramita.


0 komentar:

Posting Komentar

More

Visitor Maps

Visitors